RESENSI HADIS TARBAWI
OLEH: NURHAYATI
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2014
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2014
Judul Buku : Hadis TARBAWI (Pendidikan dalam Perspektif
Hadis)
Penulis : Bukhori Umar, M.Ag.
Penerbit : Amzah
Tempat :
Jakarta
Tahun :
2012
Tebal Buku : xii + 212 hlm; 21 cm
Edisi/Cet : 1/1
Dalam
buku ini, disajikan oleh penulis hadis–hadis yang berhubungan dengan pendidikan
yang diawali dengan kewajiban belajar, perintah menuntut ilmu, keutamaan
belajar, urgensi ilmu, dan ancaman bagi orang yang menyembunyikan ilmu.
Kemudian diuraikan dalam tujuan pendidikan Islam, materi pendidikan Islam,
keutamaan pendidik, syarat-syarat pendidik, metode pendidikan Islam, media
pendidikan Islam, Lingkungan pendidikan Islam, pendekatan pendidikan Islam, dan
diakhiri dengan evaluasi dalam pendidkan Islam.
Buku
ini diilhami oleh penulis dalam mengajar mata kuliah Hadis Tarbawi di STAIN
Batusangkar. Ketika itu, mata kuliah ini hanya terdapat pada Program Study
Kependidikan Islam (KI) Jurusan Tarbiyah. Akan tetapi, sesuai dengan
perkembangan yang ada di STAIN, mata kuliah ini masuk dalam kurikulum program
Study Lain, seperti Pendidikan Agama Islam. Bahkan akhir-akhir ini, mata kuliah
Hadis Tarbawi juga diajarkan di Program Study Tadris Biologi, Tadris Bahasa
Inggris, dan Tadris Matematika. Maka dari itu, kehadiran buku ini diharapkan
dapat membantu mahasiswa dalam mendapatkan informasi yang berkenaan tentang
hadis-hadis pendidikan yang saat ini masih langka di perpustakaan STAIN.
Di
dalam buku ini, penulis memaparkan ada sepuluh bab, yang pertama, Kewajiban Belajar. Berisikan tentang perintah menuntut Ilmu
sebab menuntut ilmu sangat dianjurkan Rosulullah dan memotivasi umatnya agar
menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana Hadis Rosulullah SAW:
عن أبى دردائ قال سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ
عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي
الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ
كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ
الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا
إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. رواه الترمذى وأحمد والبيهقى وأبو داود والدارمى
Artinya: “Abu Dada’ berkata, saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda: “Siapa yang menempuh jalan mencari ilmu, akan
dimudahkan Allah jalan untuknya ke sorga. Seungguhnya Malaikat menghamparkan
sayapnya karena senang kepada pencari ilmu. Sesungguhnya pencari ilmu
dimintakan ampun oleh orang yang ada di langit dan bumi, bahkan ikan yang ada
dalam air. Keutamaan orang berilmu
dari orang yang beribadah adalah bagaikan kelebihan bulan malam purnama dari
semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Nabi tidak mewariskan
emas dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari ilmu hendaklah ia cari
sebanyak-banyaknya”.
Berikutnya
tentang keutamaan Belajar, bahwa seseorang di dalam kondisi belajar akan
mendapatkan ujian dan cobaannya dalam menuntut ilmu, sebab orang-orang yang
ikhlas dalam mencari ilmu akan dibantu oleh Allah dan akan dimudahkan baginya
jalan menuju surga. Hal ini dipahami dari hadis berikut ini:
وَعَنْ اَبِيْ دَرْدَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِيْ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا صَنَعَ وَاَنَّ الْعَالِمُ لِيَسْتَغْفِرْ لَهُ مَنْ فِيْ السَمَاوَتِ وَمَنْ فِيْ الْعَرْضِ حَتَّى الحَيْتَانِ فِيْ الْمَاءِ , وَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعِبَادِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ , وَ اَنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ لَمْ يَرِثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا , إِنَّمَا وَرِثُوْالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍ وَ اَفِرٍ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ وَ الْتِّرْمِذِيْ)
Artinya: Dari Abu Darda’ R.A, beliau berkata: “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari
ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para
malaikat meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia
kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orang-orang
yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan yang ada
di air, dan keutamaan yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan
bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para Nabi,
dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak mewariskan dirham,
melainkan mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengabilnya maka hendaklah ia
mengambil dengan bagian yang sempurna”. (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
Kemudian
tentang, keutamaan mengajar, bahwa orang yang mengajar (pendidik) adalah orang
yang memberikan ilmu pengetahuan kepada orang yang belum tahu, oleh karena
Allah memberi pahala kepada orang-orang yang mempunyai ilmu yang bermanfaat.
Sebagaimana sabda Nabi saw.
تَعَلَّمُوْا مِنَ الْعِلْمِ
مَا شِئْتُمْ فَوَاللهِ لَا تُؤْتِ جَزَاءً بِجَمْعِ الْعِلْمِ حَتَّى
تَعَمَّلُوْا (رَوَاهُ اَبُوْ الْحَسَنْ)
Artinya:
“Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah
tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu
mengamalkannya. (HR. Abu Hasan)
Dan
akhir pada bab pertama, yaitu tentang urgensi ilmu. Bahwa ilmu merupakan cahaya
yang menerangi setiap orang dan dengan ilmu jalan hidup ini akan menjadi
terang. Sebaliknya orang yang tanpa ilmu pengetahuan yang memadai maka dapat
saja jalannya menjadi sesat. Sebagaimana sabda Rosulullah saw.
عَنْ
عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ
الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ
حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا
فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ
اَضَلُّوْا (اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ)
Artinya
: Dari Abdullah bin Amr bin Ash
berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya
Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah
mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak
meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka
orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan
ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori (
Selanjutnya,
pada bab kedua tentang tujuan
pendidikan Islam, yang salah satunya adalah bertaqwa kepada Allah. Sehubungan
dengan taqwa erat kaitannya dengan kemuliaan seseorang. Sebagaimana sabda
Rosulullah saw.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ سُئِلَ
رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ «
أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا
نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ
اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ
هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا
نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ
إِذَا فَقِهُوا »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah orang yang paling mulia?” “Yang paling mulia di sisi Allah adalah
yang paling bertakwa di antara mereka”, jawab Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam. Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”.
“Manusia yang paling mulia
adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari
kekasih-Nya”, jawab beliau. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”.
“Apa dari keturunan Arab?”,
tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya
betul”. Beliau bersabada, “Yang
terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika
dia itu fakih (paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)
Pada
bab ketiga, berisikan tentang Materi
pendidikan Islam, yang salah satunya tentang pendidikan akidah dalam proses
pemantapan kepercayaan dalam diri seseorang sehingga menjadi akidah yang kuat
dan benar. Sebagaimana sabda Rosulullah saw.
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ
: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ
الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ،
وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى
فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ
الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ
وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ
اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا
الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ
أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ
الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ
انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ
السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ
أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ.
[رواه مسلم]
Artinya:
Dari Umar r.a juga dia berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah
Saw. suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada
lututnya (Rasulullah Saw) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang
Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Saw : “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada illah (Tuhan yang
disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, engkau
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu”, kemudian dia berkata: “anda benar”. Kami
semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “Beritahukan aku tentang Iman”. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”, kemudian
dia berkata: “anda benar”. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang
ihsan”. Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau”. Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)’. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya”. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya”, beliau
bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya”, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya:
“Tahukah engkau siapa yang bertanya?” aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui”. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian”. (HR. Muslim)
Dan
pada bab ke empat, berisikan tentang
Pendidik, yaitu kedudukan pendidik sebagai orang tua dan sebagai pewaris Nabi.
Sebagaimana sabda Rosulullah saw.
عَنْ
اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا اَنَا لَكُمْ مِثْلُ
الْوَالِدِهِ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ و النَّسَاءِ وَابْنُ حِبَّانِ )
Artinya;
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Sesungghnya aku
bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya. (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan
Ibnu Hibban)
الْعُلُمَاءُ
وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Artinya: “Ulama
adalah pewaris para nabi.” (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu
‘anhu),
Berikutnya
pada bab ke lima, yaitu berisikan
tentang peserta didik. Adapun salah satu yang digambarkan pada bab ini adalah
syarat-syarat peserta didik yaitu: peserta didik harus ikhlas dan menghormati
guru. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.
عن
أمير المؤمنين عمر ابن الخطاب رضى الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه
وسلم يقول: إِنَّمَا الأَعْمَاُلُ
بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ ماَّنَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إَلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَو امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَاهَاجَرَ إِلَيْهِ[8] (رواه البخارى ومسلم).
Artinya: “Umar bin Khaththab RA berkata, “Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, ‘Tiap-tiap amal perbuatan harus disertai dengan
niat, balasan bagi setiap amal manusia sesuai dengan apa yang diniatkan.
Barangsiapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang perempuan
untuk dinikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkan.”
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
Artinya: “Tidak
termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan
tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
Kemudian
pada bab ke enam, berisikan tentang metode
pendidikan Islam, yang salah satu metodenya yang masih banyak digunakan adalah
metode ceramah. Sebagaimana sabda Rosulullah saw.
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ
الِاسْتِغْفَارَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتْ
امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْثَرَ أَهْلِ
النَّارِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَمَا رَأَيْتُ مِنْ
نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ …. رواه البخارى
Artinya: “Dari Abu Said Al Khudri RA;
“Rasulullah SAW keluar pada hari raya Adha atau Fitri ke mushalla. Kemudian beliau berbalik lalu
menasihati manusia dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau SAW
bersabda, “Wahai sekalian manusia, bersedekahlah!” Lalu beliau
melewati kaum wanita dan bersabda, Wahai sekalian wanita.
bersedekahlah, karena sesungguhnya akumelihat kalian banyak yang menjadi
penghuni neraka!” Mereka berkata, “Mengapa demikian, wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, Kalian banyak melaknat, mengingkari
(kebaikan) pasangan. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal
dan agamanya
menghilangkan akal seorang laki-laki yang teguh daripada salah seorang di antara kalian... (H.R. Bukhori)
menghilangkan akal seorang laki-laki yang teguh daripada salah seorang di antara kalian... (H.R. Bukhori)
Hadis ini menginformasikan bahwa Rasulullah saw.
memberikan ceramah kepada para wanita dengan materi anjuran bersedekah. Setelah
beliau menyampaikan materi ceramah, sahabat wanita bertanya, meminta penjelasan
lebih lanjut kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, Rasulullah SAW.
menggunakan metode ceramah dan dialog dalam menyampaikan pesan-pesan mauizhah
kepada para sahabat.
Metode yang lain adalah pengulangan dan latihan,
sebagaimana sabda Rosulullah saw.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ
الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ وَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
ثَلَاثًا فَقَالَ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ
فَعَلِّمْنِي فَقَالَ إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَأْ مَا
تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا
ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي
صَلَاتِكَ كُلِّهَا. رواه البخارى
Artinya: “Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW masuk masjid, maka masuklah seorang laki-laki
dan melakukan shalat, lalu ia memberi salam kepada Nabi SAW dan beliau pun
menjawab salamnya seraya bersabda. “Kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya
engkau belum shalat.” Kemudian ia datang memberi salam kepada Nabi SAW, dan
beliau bersabda. Kemba1i dan salatlah, karena sesungguhnya engkau belum shalat” (tiga kali).
Laki-Iaki itu berkata, ‘Demi Zat yang mengutusmu dengan benar, aku tidak dapat
melakukan yang lebih baik darinya. maka ajarilah aku. Beliau SAW bersabda,
“Apabila engkau berdiri untuk shalat maka hertakbirlah, kemudian bacalah apa
yang mudah bugimu dari Alquran, lalu rukuklah hingga engkau tuma‘ninah (tenang)
dalam rukuk. Kemudian bangkitlah hingga engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah
hingga engkau tuma‘ninah dalam sujud, lalu bangkitlah hingga engkau tuma‘ninah
dalam duduk. Lakukun yang demikiun itu pada seluruh
shalatmu.(H.R. Bukhori)
Hadis
di atas menginformasikan beberapa hal, di antaranya: (1) Nabi saw. melihat
seorang laki-laki mendirikan salat dalam masjid, (2) Setelah salat, laki-laki
itu datang kepada Nabi dan mengucapkan salam dan Nabi menjawabnya, (3) Nabi
menyuruhnya mengulang salatnya karena belum benar, (4) Laki-laki itu mengulang
salat dengan cara seperti pertama kali, (5) Nabi menyuruh ulang lagi sampai
tiga kali, (6) Laki-laki itu mengulang salatnya sampai tiga kali pula. (7)
Sesudah itu, laki-laki itu mengaku bahwa ia tidak mampu lagi melakukan salat
lebih baik daripada itu dan meminta Nabi mengajarnya, dan (8) Nabi mengajarkan
kaifiat salat yang benar. Di sini, Rasulullah saw. tidak langsung mengajar
sahabat bagaimana tatacara salat yang benar, tetapi menyuruhnya terlebih dulu
secara berulang-ulang. Dalam kasus ini terlihat prinsip metode pengulangan yang
digunakan oleh Rasulullah saw. Dengan digunakannya oleh Rasulullah
saw. metode pengulangan ini, sahabat terkesan dan harus
bersungguh-sungguh dan berhati-hati memperhatikan apa yang akan diajarkan oleh
Rasulullah saw. Hal ini diperlukan agar materi yang diajarkan memberikan kesan
yang kuat dalam memori orang yang diajar.
Dan pada bab ke
tujuh, berisikan tentang media pendidikan Islam, yaitu media yang digunakan
adalah media manusia, media bukan manusia dan gabungan antara media manusia dan
bukan manusia. Yang dimaksud dengan media manusia disini adalah pribadi beliau
sendiri, media jari, lidah, tangan dan hidung. Media bukan manusia mencakup
langit, bumi, matahari, bulan, bangunan, emas dan perak. Akan tetapi Rosulullah
saw dalm proses pendidikan dan pengajarannya selalu menggunakan kedua metode
ini. Sebagaimana sabda Rosulullah saw.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ
وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ
هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا
مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ
أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ
طُرِحَ فِي النَّارِ. رواه مسلم
Artinya: “Abu hurairah meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan ‘al-muflis’
(bangkrut)? Sahabat menjawab: ‘al-muflis di kalangan kami adalah orang yang
tidak memiliki uang dan harta benda’. Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya
al-muflis (orang yang bangkrut) di kalangan umatku adalah orang yang datang
pada hari kiamat membawa pahala salat, puasa dan zakat. Selain itu, ia juga
memfitnah orang lain, menuduh orang lain (berbuat maksiat), memakan harta orang
lain (dengan cara tidak halal), menumpahkan darah dan memukul orang lain. Lalu,
masing-masing kesalahan itu ditebus dengan kebaiakan (pahala) nya. Setelah kebaikan (pahala)nya habis
sebelum kesalahannya terselesaikan, maka dosa orang yang dizaliminya itu
dilemparkan kepadanya, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka”. (H.R.
Muslim)
Dan pada bab ke delapan, berisikan tentang lingkungan
pendidikan Islam. Lingkungan besar pengaruhnya terhadap peserta didik, yaitu lingkungan
keluarga, teman dan setan. Ketiga lingkungan ini yang sangat berpengaruh
terhadap peserta didik. Sebagaimana sabda Rosulullah saw.
ولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ
الْبَهِيْمَةِيُ كُلُّ مَوْلُودٍ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةَ ، هَلْ تَرَى فِيْهَا
جَدْعَاءَ
Artinya; “Setiap anak dilahirkan menurut
fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang
membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang
melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya? (HR
Bukhari dari Abu Hurairah).
الرَّجُلُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ .
Artinya: “Seseorang itu mengikuti agama
temannya. Oleh sebab itu, kamu harus hati-hati terhadap temanmu (HR
Tirmizi dan Abu Daud dari Abu Hurairah).
Pada
bab ke Sembilan, berisikan tentang pendekatan
dalam pendidikan Islam. Adapun pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan
pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional, fungsional, dan keteladanan.
Sebagaimana sabda Rosulullah saw.
عن عَمْرِو بْنِ
شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم: مُرُوا أَبْنَاءَكُمْ بِالصَّلاَةِ لِسَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ
عَلَيْهَا لِعَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ …. رواه
أحمد
Artinya: “Dari 'Amr ibn Syu'aib
dari bapaknya dari kakeknya, Rasulullah saw. berkata: “Suruhlah anakmu
mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena
meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah
tempat tidur mereka.
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَسْتَفْتِحُ الصَّلاَةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ وَكَانَ إِذَا رَكَعَ لَمْ يُشْخِصْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُصَوِّبْهُ
وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ لَمْ
يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَائِمًا وَكَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ
السَّجْدَةِ لَمْ يَسْجُدْ حَتَّى يَسْتَوِيَ جَالِسًا وَكَانَ يَقُولُ فِي كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ التَّحِيَّةَ وَكَانَ يَفْرِشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ
رِجْلَهُ الْيُمْنَى وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ
يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ وَكَانَ يَخْتِمُ
الصَّلاَةَ بِالتَّسْلِيمِ. رواه مسلم
Artinya: “Aisyah berkata, "Rasulullah saw. memulai salat dengan
takbir dan memulai bacaan dengan 'Al-hamd lillâh Rabb al-'âlamîn'. Bila rukuk, beliau tidak
mendongakkan kepalanya dan tidak (pula) menundukkannya, tetapi di antara itu.
Apabila bangkit dari rukuk, beliau tidak sujud sebelum berdiri betul-betul
(lurus). Bila mengangkat kepalanya dari sujud, beliau tidak sujud lagi hingga
duduk betul-betul. Beliau membaca 'al-tahiyyat' di tiap-tiap dua rakaat, dan
membentangkan kaki kirinya dan mendirikan kaki kanan. Beliau melarang ''uqbat
al-syaithân ' (cara duduk syaitan yaitu menghamparkan dua tapak kaki dan duduk
di atas dua tumitnya) dan melarang seseorang membentangkan dua lengannya (di
bumi) sebagai bentangan binatang buas. Selanjutnya, beliau mengakhiri salatnya
dengan salam.
Pada
bab ke sepuluh, berisikan tentang
Evaluasi dalam Pendidikan. Evaluasi ini sangat penting dalam proses pendidikan
dengan tujuan untuk mencapai hasil yang baik dari segi pemahaman. Penulis buku
pendidikan tarbawi ini menuliskan beberapa evaluasi yang dilakukan Rosulullah
saw yaitu evaluasi ranah kognitif, afektif, psikomotorik, dan yang terkahir
adalah kualitas ujian sesuai dengan tingkat keberagaman. Sebagaimana sabda
Rosulullah saw dalam memberikan evaluasi.
عَنْ
أُناَسٍ مِّنْ اَهْلِ حَمَص مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذ بْنِ جَبَلِ إِنَّ رَسُوْلُ
اللهِ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَبْعَثَ مُعَاذًا الِيَ الْيَمَنِ قَالَ: كَيْفَ
تَقْضِ إِذَاعَرَضَ لَكَ قَضَاءٌ؟ قَالَ: أَقْضِى بِكِتَابِ اللهِ. قَالَ: فَإِنْ
لَمْ تَجِدْ فِي كِتَابِ الله؟ قَالَ: فَبِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ. قَالَ: فَإِنْ
لَمْ تَجِدْ فِي سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ وَلَا فِي كِتَابِ اللهِ؟ قَالَ:
اَجْتَهِدُ رَايْئِ وَلَاآلُوْ. فَضَرَبَ رَسُوْلُ اللهِ صَدْرَهُ وَقَالَ:
اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ وَفَّقَ رَسُوْلَ رَسُوْلِ اللهِ لَمَّا يَرْضَي
رَسُوْلُ اللهِ (رواه
ابوداود).
Artinya: “Diriwayatkan dari penduduk homs, sahabat Muadz ibn
Jabal, bahwa Rasulullah saw. Ketika bermaksud untuk mengutus Muadz ke Yaman,
beliau bertanya: apabila dihadapkan kepadamu satu kasus hukum, bagaimana kamu memutuskannya?,
Muadz menjawab:, Saya akan memutuskan berdasarkan Al-Qur’an. Nabi bertanya
lagi:, Jika kasus itu tidak kamu temukan dalam Al-Qur’an?, Muadz menjawab:,Saya
akan memutuskannya berdasarkan Sunnah Rasulullah. Lebih lanjut Nabi bertanya:,
Jika kasusnya tidak terdapat dalam Sunnah Rasul dan Al-Qur’an?,Muadz menjawab:,
Saya akan berijtihad dengan seksama. Kemudian Rasulullah menepuk-nepuk dada
Muadz dengan tangan beliau, seraya berkata:, Segala puji bagi Allah yang telah
memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah terhadap jalan yang diridloi-Nya.”(HR.Abu
Dawud)
مَا
يُصِيبُ الْمُسْلمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ
أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ
خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan,
sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang
mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.”
(Muttafaqun alaih)
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً
اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ
( وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ ) دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ
بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ
فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ
مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ .
Artinya: “Manusia yang paling
dashyat cobaannya adalah para anbiya’ kemudian orang-orang serupa lalu
orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (dalam suatu
riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan
jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu
menimpa seseroang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa
kesalahan lagi.”
Berdasarkan
tulisan buku ini, banyak diperlihatkan gambaran bahwa Nabi Muhammad saw adalah
seorang Rosul yang sungguh luarbiasa bahwa beliau adalah seorang guru yang
banyak memberikan motivasi, dan materi pendidikan kepada para peserta didik
(sahabat) baik secara lisan, perbuatan dan menjadi contoh teladan untuk umatnya
di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Di
dalam buku ini juga memberikan kumpulan hadis-hadis yang berkenaan dengan
kewajiban belajar, tujuan pendidikan Islam, materi pendidikan Islam, lingkungan
pendidikan Islam, pendekatan pendidikan
Islam dan evaluasi dalam pendidikan Islam.
Maka
dapat disimpulkan bahwa buku ini memang layak untuk para mahasiswa yang ingin
membutuhkan rujukan kumpulan hadis tentang pendidikan dengan bahasa yang
ringan, mudah dipahami dan footnote yang dituliskan sehingga rujukan dalam
penulisan hadisnya sangat jelas. Dari segi cover sudah sangat bagus sederhana
dalam pemilahan desain, warna dan tampilannya terlihat menarik.
Akan
tetapi, kekurang dari buku ini hanya sangat sedikit sekali pada beberapa hadis
yang dituliskan masih ada yang belum diberikan sumber hadis di dapat, dan isi
setiap buku serta bab seperti copian yang gagal maksudnya banyak copian kertas
yang hitam keabu-abuan.
bagi yang ingin copas harap memberi coment terhadap isi dari resensi ini, sebagai kritikan atau penambahan dalam tulisan ini agar dapat direvisi kembali.
BalasHapusalangkah baiknya jika sanadnya di tuliskan juga.
BalasHapusMaaf bukan gagal copian saya rasa, sptnya lay outnya sengaja dibuat spt itu. Hehe
BalasHapus